Dear, Aksara
Semestinya kamu tau bahwa keinginan ku untuk bertemu dengan mu melebihi rasa ngeri mendapatkan nilai D untuk reading krn pukul 3 pagi ini otakku masih berkutat dengan hal yg tdk penting dan mengenyampingkan 5 teks yg harus dibaca. Aku juga mengabaikan kantuk yg ku tahan sejak 3 jam yg lalu.
Kali ini aku datang tidak untuk mengeluh, bercerita, berteriak sedih, apalagi galau. Dini hari ini aku hanya ingin bercengkrama denganmu. Menikmati reaksimu nan semu dan selalu indah. Terkadang kita juga ingin bercerita tanpa harus direspon kita hanya ingin mereka tau lalu perlahan lelehan gunung es mencair.itu yg telah kamu lakukan, tidak pernah mengecewakan. Karena tidak semua hal bisa di luapkan dengan lisan, maka aku jadikan kamu teman setia kala senang atau sedih.
Dibalik kebisuanmu aku tahu kamu mengerti. Aku tahu kamu selalu mengangguk. Aku tahu kamu selalu bernyanyi dengan caramu untuk menenangkanku dikala ketidakpastian dalam hidup menghampiri. Bagitu banyak hal yang telah aku ceritakan ku harap kau tidak bosan.
Aku dan kamu telah membangun dunia. Dunia kita. Tak ada seorangpun yg tahu, ini rahasia. Jaga baik2 persahabatan kita. Akhir-akhir ini dunia begitu mengecewakan yang diharapkan tak kunjung datang, yang lalu begitu mengecewakan, yang ada dihadapan tak bisa diharapkan. Kira-kira begitu lah hidup sejauh ini. Semakin tahu semakin tidak mengerti. Kamu pasti lebih mengerti karena kamu telah keliling dunia untuk mengerti rahasia dibalik perut bumi dan isinya.
Hari semakin pagi jarum pendek semakin kekanan matahari sudah mulai bersiap untuk bergegas bertugas menerangi. Bulan sedang bersiap pulang ke rumahnya dan beristirahat. Tapi aku masih terjaga, andai saja apa yg masuk ke otak kita bisa di sortir terlebih dahulu maka otak akan terasa jernih (mungkin), andai otak punya ant- virus pasti akan ia akan lebih ringan berfikir. Ah suara ayam mulai terdengar. Tanda semakin pagi.
Mari kita lupakan sejenak harapan yang tidak pasti, mari kita simpan dulu kenangan, mari kita istirahat dari masa depan yang slalu menuntut sempurna. Sekali lagi, terimakasih untuk tak pernah bosan mengerti isi otak ini dan tanpa mengkritik. Terimakasih untuk selalu diam dan menyuguhkan itu untuk membuatku tenang.
Lebih baik kita tidur sebelum matahari datang.
Bye Aksara.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar